Geger Puisi Panglima TNI, Kritik untuk Pemerintah? - UMATUNA

[ INDRISANTIKA KURNIASARI ]
Berikut Ini Adalah Kontent Dari UMATUNA Yang Mana Memojokan Pemerintahan - Apa yang anda baca dibawah hanya artikel spinner dengan judul provokatif mirip kasus buniyani, artikel sama dengan judul yang berbeda bisa menimbulkan sebuah Prahara.. Simak Baik Baik - kelucuan dari artikel artikel bertema islami tapi tidak justru mencerminkan sikap teror dan sikap munafik yang menjelekan islam secara luas. - sungguh mereupakan situs radikal hoax, yang harus dibasmi, ini merupakan konten baru - untuk konten konten lama - portal-piyungan yang sudah berubah nama menjadi portal-islam dan posmetro yang diketuai oleh adbul hamdi mustafa dari kota tempat teroris ditangkap kapan lalu payakumbuh, serta , beritaislam24h yang berubah nama menjadi opini bangsa, kini situs ini ditemukan berkat INDRISANTIKA KURNIASARI yang menghilang karena ketakutan - yang mana biasanya menyebarkan konten dari UMATUNA dan GEMARAKYAT. dan sudah dipastikan adalah situs situs besutan untuk memecah belah - SELAMAT MEMBACA
Umatuna.com - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo, membacakan puisi berjudul “Tapi Bukan Kami Punya”, yang dianggap banyak pihak mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon, mengatakan tidak ada salahnya Gatot mengkritik pemerintah. Sebab, pemerintah patut dikritik.

"Ya jadi, menurut saya kan wajar saja ya. Memang Pemerintah ini pantas untuk dikritik kok," kata Fadli di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/5/2017).

Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu, kalau Gatot sebagai Panglima TNI memberikan kritik kepada pemerintah, berarti dia menyuarakan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat.

"Kalau panglima TNI begitu ya berarti menyuarakan apa yang menjadi pandangan di masyarakat juga. Ya wajar-wajar saja," ujar Fadli, yang juga sering membuat puisi berisi kritik sosial.

Berikut ini puisi yang dibacakan Gatot di Rapimnas Golkar di Balikpapan, Senin (22/5/2017).

'Tapi Bukan Kami Punya'

Sungguh Jaka tak mengerti//Mengapa ia dipanggil polisi//Ia datang sejak pagi//Katanya akan diinterogasi.

Dilihatnya Garuda Pancasila//Tertempel di dinding dengan gagah//Terpana dan terdiam si Jaka//Dari mata burung garuda//Ia melihat dirinya//Dari dada burung garuda//Ia melihat desa//Dari kaki burung garuda//Ia melihat kota

Dari kepala burung garuda//Ia melihat Indonesia//Lihatlah hidup di desa//Sangat subur tanahnya//Sangat luas sawahnya//Tapi bukan kami punya.

Lihat padi menguning//Menghiasi bumi sekeliling//Desa yang kaya raya//Tapi bukan kami punya.

Lihatlah hidup di kota//Pasar swalayan tertata//Ramai pasarnya//Tapi bukan kami punya.

Lihatlah aneka barang//Dijual belikan orang//Oh makmurnya//Tapi bukan kami punya.

Jaka terus terpana//Entah mengapa//Menetes air mata//Air mata itu ia yang punya.

Masuklah petinggi polisi//Siapkan lakukan interogasi//Kok Jaka menangis?//Padahal ia tidak bengis?//Jaka pemimpin demonstran//Aksinya picu kerusuhan//Harus didalami lagi dan lagi.

Apakah ia bagian konspirasi?//Apakah ini awal dari makar?//Jangan sampai aksi membesar?//Mengapa pula isu agama//Dijadikan isu bersama?//Mengapa pula ulama?//Menjadi inspirasi mereka?

Dua jam lamanya//Jaka diwawancara//Kini terpana pak polisi//Direnungkannya lagi dan lagi//Terngiang ucapan Jaka//Kami tak punya sawah//Hanya punya kata//Kami tak punya senjata//Hanya punya suara.

Kami tak tamat SMA//Hanya mengerti agama//Tak kenal kami penguasa//Hanya kenal para ulama//Kami tak mengerti//Apa sesungguhnya terjadi//Desa semakin kaya//Tapi semakin banyak saja//Yang bukan kami punya.

Kami hanya kerja//Tapi mengapa semakin susah?//Kami tak boleh diam//Kami harus melawan//Bukan untuk kami//Tapi untuk anak anak kami.

Pulanglah itu si Jaka//Interogasi cukup sudah//Kini petinggi polisi sendiri//Di hatinya ada yang sepi//Dilihatnya itu burung garuda//Menempel di dinding dengan gagah//Dilihatnya sila ke lima//Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kini menangis itu polisi//Cegugukan tiada henti//Dari mulut burung garuda//Terdengar merdu suara//Lagu Leo kristi yang indah, “Salam dari Desa”.

Terdengar nada: "Katakan padanya padi telah kembang, Tapi bukan kami punya. (suara)

http://www.umatuna.com/ noreply@blogger.com (Admin Umatuna) May 27, 2017 at 09:01AM

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :